Rabu, 30 Mei 2012

Story


Sebuah kisah yang berawal dari tanggal 26 april 1996 tepatnya hari rabu pukul 20:49 seorang anak perempuan lahir dengan selamat, ia lahir disebuah rumah seorang kerabat dan tanpa ada seorang ayah yang menyaksikannya saat pertama kali dia melihat dunia yang fana ini.
 Fanya andita putri itu nama seorang gadis kecil yang malang itu.
sejak kecil dia dibesarkan oleh neneknya dengan penuh kasih sayang , kedisiplinan , bahkan kekerasan yang sangat membuatnya trauma . Kini dia sudah beranjak menjadi gadis kecil yang menduduki bangku Sekolah Dasar , disaat dia memasuki kelas ke-4 dia pindah dan tinggal bersama ibu dan ayah tirinya serta adiknya yang bernama Febby fradita putri. Namun, tak sampai 2 tahun dia kembali lagi kekampung halamannya dan dinggal lagi bersama Nenek dan Kakeknya serti tante-tantenya hingga dia berumur 14 tahun. Saat itu seseorang yang bisa dibilang Om membawanya kembali kepada ibunya, tapi kali ini tak bersama dengan ayah tirinya yang dulu. Ya, ibunya menikah lagi dengan seorang wiraswasta yang sangat baik dan dermawan .
Hari demi hari ia jalani, tapi sayang Fanya tidak percaya dengan adanya SAHABAT . Baginya sahabat itu tak ada, sahabat itu hanya ilusi .
 sampai akhirnya dia memasuki bangku Sekolah Menengah Kejuruan Negeri , namun tak lama dia bersekolah disana dia pun memutuskan untuk berhenti bersekolah dikarenakan permasalahannya dengan ibunya. Tak tau bagaimana mulanya , selama kurang lebih 5 bulan tak ada komunikasi antara mereka , jangankan bertegur sapa saling menatappun mereka enggan . Mereka sama-sama keras bagaikan batu dengan batu yang tak mungkin bisa disatukan dan tak mungkin bisa sepemikiran dan sejalan . Namun tak bisa dipungkiri bahwa sifat dan sikap Fanya sama persis oleh ibunya. Tapi walaupun mereka tak bertegur sapa tapi Fanya tetap menyayangi ibunya, bahkan ketika dia diusir hanya karena sebuah tulisan disepotong kertas Fanyapun hanya menganggapnya angin lalu, karena Fanya berfikir jika dia keluar dari rumah itu maka masa depannya akan hancur dan tak terarah.
 Sekarang Fanya hanya mengandalkan tantenya, karna hanya tantenya yang bisa membuat dia bisa bersekolah lagi dan bisa melanjutkan pendidikannya di Madrasah Aliyah Negeri, yang disitulah kekasih tantenya bersekolah hingga lulus. Hari demi hari fanya jalani hanya didalam rumah, sesekali ia keluar untuk membeli kebutuhan dan selanjutnya waktunya ia habiskan didalam rumahnya dengan menonton televisi yang ada dikamarnya. Ia harus sabar menjalani harinya sebegai anak yang tidak bersekolah dikarenakan nilainya tak dilengkapi akibat dia tak pernah meminta uang saku kepada ibunya untuk mengerjakan tugas dan membayar keperluan sekolahnya. Yah, dia sadar bahwa saat ia marahan dengan ibunya pasti dia tak diberi uang jajan bahkan kendaraannyapun diambil oleh ibunya akibat dia sering telat pulang kerumah. Dia tak pulang bukan karena dia kelayapan tapi dia tak pulang karena dia menenangkan dirinya dirumah salah satu teman sekolahnya yang ibunya sudah dia anggap sebagai ibu sendiri bahkan ibu temannya itu bisa memberikan kasih sayang yang sangat dia butuhkan. Usia 16 tahun memang sudah memasuki usia remaja tapi diusia seperti itu seseorang sangat membutuhkan perhatian yang sangat dan sangat banyak. Tapi ditempat yang dia sebut rumah itu tak ada perhatian sama sekali. bahkan saat fanya sakit tidak ada seorangpun yang tau dan tidak ada yang peduli. Rasa sakit yang dirasakan fanya semakin hari semakin terasa dan tak bisa tertahankan lagi, tapi dia hanya bisa diam dan membisu jika suatu waktu rasa sakit itu datang dan meyiksanya.

NEXT...